---201
Halo maya ku yang berujung entah!
Gara-gara katanya ada yang mau nyoba baca, i remember, so loooong...
Mari ku isi kau dengan sesekali duet kata yang bertaut menjadi entah apa...
hehe ini rekor pembaca paling banyak di kompasiana-ku.. aku kurang yakin sih
mereka membaca total atau hanya sekedar asal klik? hahah yang penting ada yang
mau nyoba nge-klik,, hihi
.
.
.
Sesaat ku di’galau’kan dengan memilih untuk naik angkot yang mana yang akan aku
tumpangi. “Jam gede ya bang?”. Tanyaku pada pemandu kendara. “Hah? Jam gede?
Iya Neng”. Balasnya. Akhirnya terpilihlah salah satu angkot yang berpenumpang
tiga orang. Dua anak laki-laki dan perempuan masih lugu dan satu dewasa betina
yang ku tengok ternyata ia membawa satu karung gelas plastik bekas yang
kuperkirakan pasti bahwa pekerjaannya ‘Pemulung’, “Jam Gede Neng”. Ucap dewasa
betina itu yang terlihat seperti Induk dari dua anak tersebut. “Hihi iya
bu”.Ungkapku membalas tanya-nya
Aku membawa sebungkus makanan ringan untuk ku’cemil sendiri selama di
perjalanan pulang menuju ‘mini heaven’ku, ku tawarkan yang aku punya ke dua
anak lugu nan manis itu dengan memulai pembicaraan “Mau ngga dek? nih ambil aja
ada molen kecil-kecil sama onde-onde kecil gitu, cobain deh!”. tawarku pada si
anak lelaki yang terlihat masih berumur 6 tahun-an. “Hihi ngga ah”. Jawabnya.
“loh, gapapa ambil aja dek”. rayuku. “Udah sana ambil gapapa kalo mau
mah”Sanggah ibu dari anak itu. Akhirnya dengan memasang raut malu sambil
gemelitik tawa anak laki-laki dari ibu yang saat ini duduk berhadapa dengan ku
mengambil satu kue dan langsung memakanya sambil tersenyum manis,
mengunyahperlahan. “Kakaknya mau ngga? nih ayo ambil aja” . “Hihi Makasih”.
Ucapnya bagai nada piano Yiruma pianis kenamaan dari Korea Selatan.
“Mau kemana Bu?”. Tanyaku memulai obrolan.
“Mau ke pasar induk neng”
“Emang tinggal dimana?”
“Disitu di pinggiran rel”
“oh begitu bu,”
“Ini kelas berapa kakaknya?” Ungkapku sambil menengok ke sisi kanan ku
“Kelas lima”. Jawab si anak perempuan.
“Wuih bentar lagi UN, eh ngga ding, UAS sekarang mah”
“Iyah ga ada UN sekarang mah” kata sang ibu.
“Ibu ini kerjaanya…?” ucapku menggantung
“Iya Pemulung neng” Sanggah si ibu mendahului tempo kelajutan pertanyaan
ku.
“Ya gapapa Bu, dibanding yang suka minta-minta,lebih baik pekerjan ibu
kemana-mana”
“Hehe iya Neng”
“Emang segini kira-kira dapet berapa bu?”
“Ga nentu neng kalo ga dibersihin palingan dapet dua ribu”
“Biasanya ibu dapet berapa bu sehari?”
“Lima belas ribuan neng, itu geh kalo dicuci gelasnya”
“Tadi tinggal dimana Bu, Ibu?”. Tanyaku memastikan kembali.
“Itu neng di deket pasar induk di pinggir rel”
“Oh iya-iya tau”
“Tuh neng udah di jam”
“Eh iya udah sampe, Yuk Bu duluan”
“Iya Neng”
Setelah turun dari angkot, Aku melihat secercah halus ketulusan senyum dari
si-Kakak dari jendela angkot. “Ah! Kapan lagi Aku akan melihat ketulusan senyum
semperti itu” Ungkapku dengan suara kecil.
‘Sekarang Aku tahu aku akan menjawab apa, Jika Aku diberi pertanyaan “Siapa
orang yang kamu idolakan?” aku akan menjawab pertanyaan itu dengan sesederhana
mungkin.
Jawabannya adalah..
Siapapun orang di dunia ini baik itu dari kasta terendah ataupun dari kasta
tertinggi. Seluruh orang pekerja keras di dunia ini. Ya aku menyukainya. Wujud
nyata dari idola ku ialah, Bapak dan Mamak-ku.
7221052210
Oh iya, aku agak kebingungan hari ini, ada salah satu client-ku yang
bulak-balik bertanya mengenai arti dari ikhlas dan ketulusan...
Naif bagiku berkhayal mengemis tulus pada pecandu tolong di sekitar. Bukankah
kita saling membutuhkan? Menjadi benalu bukan-kah sudah budaya? Menjadi yang
datang lalu pergi bukankan sikon adanya biasa? Lalu apa yang mesti
dipermasalahkan? Jadi marilah kita coba megerti siapa lawan main kita. Pemegang
jawab apa arti ikhlas dan tulus adalah kau sendiri. Ya.. Kau!
Halo maya ku yang berujung entah!
Mari ku isi kau dengan sesekali duet kata yang bertaut menjadi entah apa...
hehe ini rekor pembaca paling banyak di kompasiana-ku.. aku kurang yakin sih mereka membaca total atau hanya sekedar asal klik? hahah yang penting ada yang mau nyoba nge-klik,, hihi
.
.
.
Sesaat ku di’galau’kan dengan memilih untuk naik angkot yang mana yang akan aku tumpangi. “Jam gede ya bang?”. Tanyaku pada pemandu kendara. “Hah? Jam gede? Iya Neng”. Balasnya. Akhirnya terpilihlah salah satu angkot yang berpenumpang tiga orang. Dua anak laki-laki dan perempuan masih lugu dan satu dewasa betina yang ku tengok ternyata ia membawa satu karung gelas plastik bekas yang kuperkirakan pasti bahwa pekerjaannya ‘Pemulung’, “Jam Gede Neng”. Ucap dewasa betina itu yang terlihat seperti Induk dari dua anak tersebut. “Hihi iya bu”.Ungkapku membalas tanya-nya
Aku membawa sebungkus makanan ringan untuk ku’cemil sendiri selama di perjalanan pulang menuju ‘mini heaven’ku, ku tawarkan yang aku punya ke dua anak lugu nan manis itu dengan memulai pembicaraan “Mau ngga dek? nih ambil aja ada molen kecil-kecil sama onde-onde kecil gitu, cobain deh!”. tawarku pada si anak lelaki yang terlihat masih berumur 6 tahun-an. “Hihi ngga ah”. Jawabnya. “loh, gapapa ambil aja dek”. rayuku. “Udah sana ambil gapapa kalo mau mah”Sanggah ibu dari anak itu. Akhirnya dengan memasang raut malu sambil gemelitik tawa anak laki-laki dari ibu yang saat ini duduk berhadapa dengan ku mengambil satu kue dan langsung memakanya sambil tersenyum manis, mengunyahperlahan. “Kakaknya mau ngga? nih ayo ambil aja” . “Hihi Makasih”. Ucapnya bagai nada piano Yiruma pianis kenamaan dari Korea Selatan.
“Mau kemana Bu?”. Tanyaku memulai obrolan.
“Mau ke pasar induk neng”
“Emang tinggal dimana?”
“Disitu di pinggiran rel”
“oh begitu bu,”
“Ini kelas berapa kakaknya?” Ungkapku sambil menengok ke sisi kanan ku
“Kelas lima”. Jawab si anak perempuan.
“Wuih bentar lagi UN, eh ngga ding, UAS sekarang mah”
“Iyah ga ada UN sekarang mah” kata sang ibu.
“Ibu ini kerjaanya…?” ucapku menggantung
“Iya Pemulung neng” Sanggah si ibu mendahului tempo kelajutan pertanyaan ku.
“Ya gapapa Bu, dibanding yang suka minta-minta,lebih baik pekerjan ibu kemana-mana”
“Hehe iya Neng”
“Emang segini kira-kira dapet berapa bu?”
“Ga nentu neng kalo ga dibersihin palingan dapet dua ribu”
“Biasanya ibu dapet berapa bu sehari?”
“Lima belas ribuan neng, itu geh kalo dicuci gelasnya”
“Tadi tinggal dimana Bu, Ibu?”. Tanyaku memastikan kembali.
“Itu neng di deket pasar induk di pinggir rel”
“Oh iya-iya tau”
“Tuh neng udah di jam”
“Eh iya udah sampe, Yuk Bu duluan”
“Iya Neng”
Setelah turun dari angkot, Aku melihat secercah halus ketulusan senyum dari si-Kakak dari jendela angkot. “Ah! Kapan lagi Aku akan melihat ketulusan senyum semperti itu” Ungkapku dengan suara kecil.
‘Sekarang Aku tahu aku akan menjawab apa, Jika Aku diberi pertanyaan “Siapa orang yang kamu idolakan?” aku akan menjawab pertanyaan itu dengan sesederhana mungkin.
Jawabannya adalah..
Siapapun orang di dunia ini baik itu dari kasta terendah ataupun dari kasta tertinggi. Seluruh orang pekerja keras di dunia ini. Ya aku menyukainya. Wujud nyata dari idola ku ialah, Bapak dan Mamak-ku.
7221052210
Oh iya, aku agak kebingungan hari ini, ada salah satu client-ku yang bulak-balik bertanya mengenai arti dari ikhlas dan ketulusan...
Naif bagiku berkhayal mengemis tulus pada pecandu tolong di sekitar. Bukankah kita saling membutuhkan? Menjadi benalu bukan-kah sudah budaya? Menjadi yang datang lalu pergi bukankan sikon adanya biasa? Lalu apa yang mesti dipermasalahkan? Jadi marilah kita coba megerti siapa lawan main kita. Pemegang jawab apa arti ikhlas dan tulus adalah kau sendiri. Ya.. Kau!
0 komentar:
Posting Komentar