A.
ARTI DAN SEJARAH SINGKAT LOGIKA
Meskipun
disadari, definisi definisi tidak pernah dapat menampilkan dengan sempurna apa
arti dari sesuatu yang dikandungnya, baik itu kata, gambar, pendapat dan
lain-lain yang perlu, bisa dipikirkan atau bahkan tak terpikirkan.
Sudah
barang tentu pengertian yang diantar oleh definisi tidak sejelas yang didapat
setelah akhir penyelidikan. Karena itu definisi yang bertugas sebagai pembuka
pintu tidak mengandung bahaya selama kita memandangnya sebagai tempat
pengenalan sementara yang dapat digeser ke arah kesempurnaan lebih lanjut.
Seringkali
tanpa disadari kita berpikir, kita menggunakan ungkapan seperti “kalau begini
maka begitu”, “oleh sebab itu” , “dengan demikian”, dan sebagainnya yang
kesemuanya itu merupakan bentuk kegiatan berpikir. Singkat kata, berpikir
nampak begitu mudah bagi kita sebagai manusia.
Logika
secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata “logike” yang
berhubungan dengan kata “logos” nyang berarti ucapan, atau pikiran yang
diucapkan secara lengkap. Logika sebagai suatu studi secara sederhana dapat
kita batasi sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk
berpikir dengan lurus.
Logika
adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk
membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
B.
Pembagian Logika
Logika
dapat disistemasikan menjadi beberapa bagian, tergantung dari mana kita
meninjaunya. Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas logika tradisional (Mantiq Al-Qadim) dan logika modern (Mantiq Al-Hadist).
Logika
tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika dari pada Logikus yang lebih
kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Logika aristoteles
lebih anggun dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal
yang tidak penting dari Logika Aristoteles. Sedangkan Logika Modern tumbuh dan
mulai pada abad XIII. Pada abad ini mulai ditemukan sistem logika baru yaitu Ars Magna.
Jika
dilihat dari obyeknya ada Logika Formal (Mantiq
Al-Suwari) dan Logika Material
(Al-Mantiq Al-Maddi).
C.
Bahasa dalam Logika dan Kesesatan dalam
Logika
Logika
erat kaitannya dengan berpikir, dan berpikir erat kaitannya dengan bahasa.
Hubungan logika dengan bahasa bagaikan dua sisi uang logam yang saling
beriringan tak dapat dipisahkan. Bahasa, laksana alat berpikir yang jikalau kita
kuasai dengan sungguh-sungguh, kita gunakan dengan tepat, dapat membantu kita
untuk memperoleh kecakapan berpikir, serta berlogika dengan tepat. Berikut
merupakan tiga fungsi pokok bahasa yang dikemukakan oleh Ihromi (1987) :
a) Fungsi
Ekspresif
Fungsi ekspresif adalah bahasa yang
berfungsi untuk mengekspresikan suatu hal kalimat itu Contoh : “Astaga!”, “Oh
Tuhan, bunga sakura itu indah sekali!”. Termasuk dalam kategori bahasa yang
berfungsi ekspresif.
b) Fungsi
Direktif
Yang dimaksud dalam fungsi direktif
adalah bahasa digunakan untuk memunculkan atau menghalangi kejadian nyata.
Contoh : “Matikan lampunya!”, “Jangan tidur larut malam!” termasuk dalam
kalimat direktif.
c) Fungsi
Informatif
Fungsi Informatif adalah fungsi
yang berguna untuk mengutarakan hal-hal faktual sifatnya. Contoh : “Seorang
anak tewas dibunuh oleh ibu kandungnya”, “Lee GiKwang Beast dikabarkan tengah
berpacaran dengan salah satu fansnya yang berasal dari Indonesia”.
Dilihat
dari segi kenyataanya saat ini bahasa yang paling sering membutuhkan logika
ialah bahasa dalam fungsi informatif. Mengapa demikian? Karena, bahasa dalam
fungsi informatif berhungan dengan masalah benar dan salah yang berujung dengan
perlunya hal tersebut dipikirkan.
Penjelasan untuk suatu definisi tak
akan pernah ada habisnya untuk dibahas, sehingga menimbulkan kesesatan dalam
logika. Yang acapkali terjadi karena penalaran yang salah. Benar menurut
seseorang belum tentu benar menurut banyak orang.
Kesesatan
dalam logika dibedakan menjadi dua bagian yaitu kesesatan formal dan kesesatan
informal. Kesesatan formal terjadi karena pelanggaran terhadap hukum-hukum
logika, sedangkan kesesatan informal terjadi karena kecerobohandalam penalan
yang berakibat munculnya ambiguitas dalam bahasa yang digunakan dalam
merumuskan argumen. Kesesatan informal dapat dibedakan menjadi kesesatan karena
bahasa dan kesesatan karena relevansi. (Soekadijo, 1998:Ihromi, 1987)
D.
Manfaat Logika
Ilmu
kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil. Memang tak ada jaminan
dengan mempelajari logika kita akan mampu menjadi orang yang ahli berpikir
‘lurus’. Belajar logika adalah belajar berprinsip dan berargumen. Argumen
disini bukan hanya ‘adu bacot’ tak ada habisnya dan tak menyelesaikan apapun.
Dalam logika kita diibaratkan berperang melawan mana yang benar dari yang
paling benar. Dalam berlogika layaknya
menimbang ilmu-ilmu sampai sejauh manakah benarnya ilmu itu agar dapat kita
terima.
E. Arti
Ilmu
Logika
yang sedang kita pelajari adalah ilmu. Dalam bahasa indonesial “Ilmu” seimbang
artinya dengan “science” dan dibedakan pemaikaiannya secara jelas dengan kata
“pengetahuan”. Dengan kata lain ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian yang
berbeda secara mendasar.
Ilmu
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan tentang suatu bidang.
Sedangkan, pengetahuan berarti hasil dari aktivitas mengetahui, yakni
tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan
terhadapnya. Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan berarti adalah suatu hal
tentang suatu bidang yang telah diketahui untuk itu maka dipelajari agar
mendapatkan kesempurnaan benar dari yang paling benar.
Kita
harus berhati-hati dalam menggunakan kata “pengetahuan” dan “ilmu” dari apa
yang kita tangkap dalam jiwa. Pengetahuan sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu”
kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu “science” menghendaki penjelasan lebih lanjut
dari sekedar yang dituntut oleh
pengetahuan. Sudah barang tentu ilmu bukan sekedar onggokan yang gaduh dari
sembarang pengetahuan seerupa dengan keaneka ragaman jenis barang dalam tong
sampah, tetapi meyerupai susunan barang dalam department store, dimana barang
sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara spesifik. Pengetahuan dari
obyek-obyek sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara spesifik. Pengetahuan
dari obyek-obyek sejenis dikelompokkan dan disitemasikan m
menjadi
kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan ilmu yang beraneka ragam seperti
yang kita kenal adalah hasil dari pengelompokan pengetahuan sejenis.
Dalam
pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu a posteriori, dan kelompok ilmu a priori. Ilmu a posteriori adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari
pengalaman indrawi seperti ilmu kimia, ilmu alam, ilmu hayat, ilmu kesehatan,
pendeknya semua ilmu yang bersumber pada pengalaman dan eksperimen. Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak
kita peroleh dari pengalaman dan percobaan, tetapi bersumber pada akal itu
sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak dapat ditemukan dan dikembalikan kepada data
empiris sebagaimana ilmu-ilmu a
poosteriori melainkan kepada akal.
Semua ilmu yang tidak tergantung kepada pengalaman dan eksperimen termasuk dlam
kelompok ini begitu pulalogika.
F. Arti
Pikiran
Logika
mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir. Banyak jalan
pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok,
kecenderungan pribadi, pergaulan dan segesti. Banyak jalan pemikiran kita
dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi,
pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan
emosi seperti caci-maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang
diungkapkan dengan argumen yang secara selintaskelihatan benar untuk
memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun
golongan. Karena pikiran adalah hasil
dari berpikir akan menimbang suatu hal.
G.
Arti Benar
Hukum-hukum,
asas-asas, patokan-patokan Logika membimbing akal menempuh jalan yang paling
efisien untuk menjaga kemungkinan salam dalam berpikir. Lantas apakah arti
benar itu?.
Benar
pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Kita akan
berkata bahwa proposisi berikut adalah salah : Matahari terbit dari barat, Kepada Nabi Daud, Allah menurunkan kitab
Taurot. Sebaliknya kita mengakui kebenaran proposisi ini, Laskar Pelangi merupakan
film adaptasi dari Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Pendiri perusahaan
Apple adalah Steve Jobs. Apakah dasar kita menentukan demikan itu? Tidak lain
dan tidak bukan adalah sesuai tidak proposisi –proposisi itu dengan kenyataan
sesungguhnya.
Ukuran
kebenaran kedua adalah adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan dalam
dirinya. Suatu pertanyaan dikatakan benar manakala ia tidak mengandung
pertentangan dari awal hingga akhir.
Pertentangan
dalam pemikiran tidak saja terdapat dalam pernyataan yang pendek seperti
terlihat dengan adanya dua kata yang bertentangan atau dalam pengambilan
kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian yang panjang. Seorang hakim
yang cerdas akan melihat tidak adanya persesuain isi pembelaan si tertuduh
meskipun berpuluh-puluh halaman panjangnya.
Pertentangan
dalam pemikiran juga terdapat dalam pernyataan yang tidak dapat ditangkap
pengertiannya. Pernyataan yang dimaksud adalah seperti Tuhan dapat menciptakan
manusia dengan wujud dan bentuk yang sama tapi dengan rupa yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, ada kenyataan bahwa manusia ada bagus rupa dan ada yang buruk
rupa.
Pernyataan
yang serupa ini sering menjadi permasalahan dalam Ilmu Kalam, sesungguhnya
tidak perlu dirisaukan seandainya kita menengok sejenak kepada Logika. Bagi
logika pernyataan tersebut adalah salah karena ia tidak menghadirkan maksud
yang bulat. Pernyataan tersebut sama salahnya dengan pernyataan : Ia adalah
seorang buta huruf yang pandai membaca.
H. Cara
Mendapatkan Kebenaran
Ada
dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendaptatkan pengetahuan baru
yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi.
Induksi
adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat indiviodual. Penalaran ini dimulai dari
kenyataaan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan
pernyataan umum. Seperti :
Besi dipanaskan
memuai
Seng dipanaskan
memuai
Emas dipanaskan
memuai
Timah dipanaskan
memuai
Platina
dipanaskan memuai
Jadi semua logam jika dipanaskan
akan memuai.
Secara
induktif kita dapat menyimpulkan pernyataan tadi kepada penyataan yang lebih
umu lagi. Melanjutkan contoh dari pernyataan tadi kepada penrnyataan yang lebih
umum lagi.
Sedangkan
deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran deduksi.
Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju ke
kesimpulan yang bersifat khusus. Seperti :
Semua logam bila
dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi tembaga bila
dipanaskan, memuai.
Dengan penalaran deduktif kita mendapat pengetahuan
yang terpercaya, bahwa tembaga bila dipanaskan memuai, meskipun pengetahuan ini
kita dapatkan tid;ak melalui penelitian.
Pengetahuan yang benar dapat menggunakan dua metode
ini secara cermat dan kritis. Pengembangan pengetahuan semata-mata
menggantungkan penalaran induksi akan sangat lamabat dan boros. Sebaliknya
deduksi meminta jasa induksi dalam menggunakan dasar pemikirannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Logika membantu
manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak,
manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir
benar, lepas dari pelbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu
ia mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan berani, suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Singkat kata logika adalah mencari
antara benar dan salah untuk mencapai kebenaran yang paling hakiki.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.
Mundiri, Logika. 2010. Rajawali Pers.
Jakarta
2. Muhdorun, Logika. 2007. Penerbit Andi. Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar