Kamis, 21 Mei 2015

(Tugas Kuliah) Makalah Filsafat Logika

A.    ARTI DAN SEJARAH SINGKAT LOGIKA
Meskipun disadari, definisi definisi tidak pernah dapat menampilkan dengan sempurna apa arti dari sesuatu yang dikandungnya, baik itu kata, gambar, pendapat dan lain-lain yang perlu, bisa dipikirkan atau bahkan tak terpikirkan.
Sudah barang tentu pengertian yang diantar oleh definisi tidak sejelas yang didapat setelah akhir penyelidikan. Karena itu definisi yang bertugas sebagai pembuka pintu tidak mengandung bahaya selama kita memandangnya sebagai tempat pengenalan sementara yang dapat digeser ke arah kesempurnaan lebih lanjut.
Seringkali tanpa disadari kita berpikir, kita menggunakan ungkapan seperti “kalau begini maka begitu”, “oleh sebab itu” , “dengan demikian”, dan sebagainnya yang kesemuanya itu merupakan bentuk kegiatan berpikir. Singkat kata, berpikir nampak begitu mudah bagi kita sebagai manusia.
Logika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani dari kata “logike” yang berhubungan dengan kata “logos” nyang berarti ucapan, atau pikiran yang diucapkan secara lengkap. Logika sebagai suatu studi secara sederhana dapat kita batasi sebagai suatu kajian tentang bagaimana seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus.
Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.

B.     Pembagian Logika
Logika dapat disistemasikan menjadi beberapa bagian, tergantung dari mana kita meninjaunya. Dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas logika tradisional (Mantiq Al-Qadim) dan logika modern (Mantiq Al-Hadist).
Logika tradisional adalah Logika Aristoteles, dan Logika dari pada Logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem Logika Aristoteles. Logika aristoteles lebih anggun dengan sekedar mengadakan perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari Logika Aristoteles. Sedangkan Logika Modern tumbuh dan mulai pada abad XIII. Pada abad ini mulai ditemukan sistem logika baru yaitu Ars Magna.
Jika dilihat dari obyeknya ada Logika Formal (Mantiq Al-Suwari) dan Logika Material (Al-Mantiq Al-Maddi).

C.     Bahasa dalam Logika dan Kesesatan dalam Logika
Logika erat kaitannya dengan berpikir, dan berpikir erat kaitannya dengan bahasa. Hubungan logika dengan bahasa bagaikan dua sisi uang logam yang saling beriringan tak dapat dipisahkan. Bahasa, laksana alat berpikir yang jikalau kita kuasai dengan sungguh-sungguh, kita gunakan dengan tepat, dapat membantu kita untuk memperoleh kecakapan berpikir, serta berlogika dengan tepat. Berikut merupakan tiga fungsi pokok bahasa yang dikemukakan oleh Ihromi (1987) :
a)      Fungsi Ekspresif
Fungsi ekspresif adalah bahasa yang berfungsi untuk mengekspresikan suatu hal kalimat itu Contoh : “Astaga!”, “Oh Tuhan, bunga sakura itu indah sekali!”. Termasuk dalam kategori bahasa yang berfungsi ekspresif.
b)      Fungsi Direktif
Yang dimaksud dalam fungsi direktif adalah bahasa digunakan untuk memunculkan atau menghalangi kejadian nyata. Contoh : “Matikan lampunya!”, “Jangan tidur larut malam!” termasuk dalam kalimat direktif.
c)      Fungsi Informatif
Fungsi Informatif adalah fungsi yang berguna untuk mengutarakan hal-hal faktual sifatnya. Contoh : “Seorang anak tewas dibunuh oleh ibu kandungnya”, “Lee GiKwang Beast dikabarkan tengah berpacaran dengan salah satu fansnya yang berasal dari Indonesia”.
            Dilihat dari segi kenyataanya saat ini bahasa yang paling sering membutuhkan logika ialah bahasa dalam fungsi informatif. Mengapa demikian? Karena, bahasa dalam fungsi informatif berhungan dengan masalah benar dan salah yang berujung dengan perlunya hal tersebut dipikirkan.
            Penjelasan untuk suatu definisi tak akan pernah ada habisnya untuk dibahas, sehingga menimbulkan kesesatan dalam logika. Yang acapkali terjadi karena penalaran yang salah. Benar menurut seseorang belum tentu benar menurut banyak orang.
            Kesesatan dalam logika dibedakan menjadi dua bagian yaitu kesesatan formal dan kesesatan informal. Kesesatan formal terjadi karena pelanggaran terhadap hukum-hukum logika, sedangkan kesesatan informal terjadi karena kecerobohandalam penalan yang berakibat munculnya ambiguitas dalam bahasa yang digunakan dalam merumuskan argumen. Kesesatan informal dapat dibedakan menjadi kesesatan karena bahasa dan kesesatan karena relevansi. (Soekadijo, 1998:Ihromi, 1987)

D.      Manfaat Logika
Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil. Memang tak ada jaminan dengan mempelajari logika kita akan mampu menjadi orang yang ahli berpikir ‘lurus’. Belajar logika adalah belajar berprinsip dan berargumen. Argumen disini bukan hanya ‘adu bacot’ tak ada habisnya dan tak menyelesaikan apapun. Dalam logika kita diibaratkan berperang melawan mana yang benar dari yang paling benar.  Dalam berlogika layaknya menimbang ilmu-ilmu sampai sejauh manakah benarnya ilmu itu agar dapat kita terima.


E.   Arti Ilmu
Logika yang sedang kita pelajari adalah ilmu. Dalam bahasa indonesial “Ilmu” seimbang artinya dengan “science” dan dibedakan pemaikaiannya secara jelas dengan kata “pengetahuan”. Dengan kata lain ilmu dan pengetahuan mempunyai pengertian yang berbeda secara mendasar.
Ilmu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengetahuan tentang suatu bidang. Sedangkan, pengetahuan berarti hasil dari aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan berarti adalah suatu hal tentang suatu bidang yang telah diketahui untuk itu maka dipelajari agar mendapatkan kesempurnaan benar dari yang paling benar.
Kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata “pengetahuan” dan “ilmu” dari apa yang kita tangkap dalam jiwa. Pengetahuan sudah puas dengan “menangkap tanpa ragu” kenyataan sesuatu, sedangkan ilmu “science” menghendaki penjelasan lebih lanjut dari sekedar  yang dituntut oleh pengetahuan. Sudah barang tentu ilmu bukan sekedar onggokan yang gaduh dari sembarang pengetahuan seerupa dengan keaneka ragaman jenis barang dalam tong sampah, tetapi meyerupai susunan barang dalam department store, dimana barang sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara spesifik. Pengetahuan dari obyek-obyek sejenis dikelompokkan dan ditempatkan secara spesifik. Pengetahuan dari obyek-obyek sejenis dikelompokkan dan disitemasikan m
menjadi kelompok-kelompok tertentu sehingga melahirkan ilmu yang beraneka ragam seperti yang kita kenal adalah hasil dari pengelompokan pengetahuan sejenis.
Dalam pengetahuan modern dikenal pembagian ilmu atas kelompok ilmu a posteriori, dan kelompok ilmu a priori. Ilmu a posteriori adalah ilmu pengetahuan yang kita peroleh dari pengalaman indrawi seperti ilmu kimia, ilmu alam, ilmu hayat, ilmu kesehatan, pendeknya semua ilmu yang bersumber pada pengalaman dan eksperimen. Ilmu a priori adalah ilmu-ilmu yang tidak kita peroleh dari pengalaman dan percobaan, tetapi bersumber pada akal itu sendiri. Kebenaran ilmu ini tidak dapat ditemukan dan dikembalikan kepada data empiris sebagaimana ilmu-ilmu a poosteriori  melainkan kepada akal. Semua ilmu yang tidak tergantung kepada pengalaman dan eksperimen termasuk dlam kelompok ini begitu pulalogika.

F.   Arti Pikiran
Logika mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan segesti. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci-maki, kata pujian atau pernyataan keheranan  dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara selintaskelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan.  Karena pikiran adalah hasil dari berpikir akan menimbang suatu hal.

G.    Arti Benar
Hukum-hukum, asas-asas, patokan-patokan Logika membimbing akal menempuh jalan yang paling efisien untuk menjaga kemungkinan salam dalam berpikir. Lantas apakah arti benar itu?.
Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Kita akan berkata bahwa proposisi berikut adalah salah : Matahari terbit dari barat,  Kepada Nabi Daud, Allah menurunkan kitab Taurot. Sebaliknya kita mengakui kebenaran proposisi ini, Laskar Pelangi merupakan film adaptasi dari Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, Pendiri perusahaan Apple adalah Steve Jobs. Apakah dasar kita menentukan demikan itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah sesuai tidak proposisi –proposisi itu dengan kenyataan sesungguhnya.
Ukuran kebenaran kedua adalah adanya persesuaian atau tidak adanya pertentangan dalam dirinya. Suatu pertanyaan dikatakan benar manakala ia tidak mengandung pertentangan dari awal hingga akhir.
Pertentangan dalam pemikiran tidak saja terdapat dalam pernyataan yang pendek seperti terlihat dengan adanya dua kata yang bertentangan atau dalam pengambilan kesimpulan yang keliru tetapi juga dalam uraian yang panjang. Seorang hakim yang cerdas akan melihat tidak adanya persesuain isi pembelaan si tertuduh meskipun berpuluh-puluh halaman panjangnya.
Pertentangan dalam pemikiran juga terdapat dalam pernyataan yang tidak dapat ditangkap pengertiannya. Pernyataan yang dimaksud adalah seperti Tuhan dapat menciptakan manusia dengan wujud dan bentuk yang sama tapi dengan rupa yang berbeda-beda. Oleh karena itu, ada kenyataan bahwa manusia ada bagus rupa dan ada yang buruk rupa.
Pernyataan yang serupa ini sering menjadi permasalahan dalam Ilmu Kalam, sesungguhnya tidak perlu dirisaukan seandainya kita menengok sejenak kepada Logika. Bagi logika pernyataan tersebut adalah salah karena ia tidak menghadirkan maksud yang bulat. Pernyataan tersebut sama salahnya dengan pernyataan : Ia adalah seorang buta huruf yang pandai membaca.
H.    Cara Mendapatkan Kebenaran
Ada dua cara berpikir yang dapat kita gunakan untuk mendaptatkan pengetahuan baru yang benar, yaitu melalui metode induksi dan metode deduksi.
Induksi adalah cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat indiviodual. Penalaran ini dimulai dari kenyataaan-kenyataan yang bersifat khusus dan terbatas diakhiri dengan pernyataan umum. Seperti :
Besi dipanaskan memuai
Seng dipanaskan memuai
Emas dipanaskan memuai
Timah dipanaskan memuai
Platina dipanaskan memuai
Jadi semua logam jika dipanaskan akan memuai.
Secara induktif kita dapat menyimpulkan pernyataan tadi kepada penyataan yang lebih umu lagi. Melanjutkan contoh dari pernyataan tadi kepada penrnyataan yang lebih umum lagi.
Sedangkan deduksi adalah kegiatan berpikir merupakan kebalikan dari penalaran deduksi. Deduksi adalah cara berpikir dari pernyataan yang bersifat umum, menuju ke kesimpulan yang bersifat khusus. Seperti :
Semua logam bila dipanaskan, memuai
Tembaga adalah logam
Jadi tembaga bila dipanaskan, memuai.
Dengan penalaran deduktif kita mendapat pengetahuan yang terpercaya, bahwa tembaga bila dipanaskan memuai, meskipun pengetahuan ini kita dapatkan tid;ak melalui penelitian.
Pengetahuan yang benar dapat menggunakan dua metode ini secara cermat dan kritis. Pengembangan pengetahuan semata-mata menggantungkan penalaran induksi akan sangat lamabat dan boros. Sebaliknya deduksi meminta jasa induksi dalam menggunakan dasar pemikirannya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari pelbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Singkat kata logika adalah mencari antara benar dan salah untuk mencapai kebenaran yang paling hakiki.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Drs. Mundiri, Logika. 2010. Rajawali Pers. Jakarta

2.      Muhdorun, Logika. 2007. Penerbit Andi. Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar