Kamis, 31 Maret 2016

Perkembangan Filsafat Komunikasi

Komunikasi ada dalam wujud ‘praktik saja’ hadir sejak awal mula manusia ada. Dalam tiap sajian keilmuan yang ada, akar dari segala ilmu dapatlah dikatakan bahwa filsafat lah akar dari semua ilmu. Begitupun filsafat komunikasi, filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis,  analitis, kritis, dan holistis. Yang meliputi dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya dan metodenya.
Seiring laju perkembangannya filsafat terbagi kedalam beberapa periodik telaah yaitu sebagai berikut :
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi di Yunani
1.      Masa Demokrasi Klasik
Berakar pada ajaran retorika. Perkembangan retorika di Yunani berlangsung melalui tradisi komunikasi publik atau lebih dikenal perkembangan debat. Istilah retorika dikenalkan pertama kali oleh Georgiaas pada tahun 427 SM.  Retorika di Yunani berkembang melalui tradisi komunikasi publik yang dikenal dengan perkembangan debat. Pelopornya adalah Protagoras.
2.      Kaum Sofis 
Protagoras menekankan era ini dengan keindahan berbahasa. Georgias dan Protagoras berkeliling dunia untuk mengajarkan retorika dan mendirikan sekolah-sekolah retorika. Protagoras bersama murid-muridnya telah memproklamasikan diri sebagai kaum sophistai (atau sophist, guru kebijaksanaan). Dalam pelaksanaanya era ini lebih menekankan seni perrsuasif.
Demosthenes berhasil mengembangkan retorika dengan gaya yang jelas dan keras. Konsep pidatonya menggabungkan narasi dengan argumentasi. Pada masa itu kaum sofis menjadi populer. Akan tetapi banyak pihak yang mengkritik, termasuk Socrates. Socrates kemudian mengembangkan teknik-teknik retorika untuk kebenaran dengan teknik-teknik dialog. Bersama Plato, mereka mengembangakn teknik retorika dengan adanya pengorganisian pesan dan gaya. Plato mulai meletakkan prinsip dasar retorika dari teknik menjadi retorika ilmiah. Pandangan cerdas Plato diteruskan oleh muridnya, Aristoteles. Bagi Aristoteles, retorika adalah eni persuasi, suatu uraian yang harus singkat, jelas, dan meyakinkan dengan keindahan bahasa yang disusun untuk segala sesuatu yang bersifat memperbaiki, memerintah, mendorong, dan mempertahankan. Aristoteles juga menyebut 3 faktor yang dapat memengaruhi orator dalam meyakinkan pendengarnya, yaitu: ethos (kepercayaan),pathos (emosi), dan logos (pikiran). Kajian ilmiah retorika Aristoteles bersifat sistematis dan komprehensif sehingga banyak dipelajari oleh bangsawan dan negarawan Yunani.
3.     Aliran Socrates 
Pelopornya adalah Socrates dan Plato. Hal ini timbul atas reaksinya terhadap kaum Sofis. Mereka menentang kaum Sofis yang mengajarkan teknik untuk membangkitkan emosi dan merintangi pembuatan keputusan rasional. Pendekatan Socrates menekankan peraturan dan keterampilan berkomunikasi dengan keharusan mengembangkan dan menerapkan akal pikiran. Kaum sofis mempertahankan teknik berbicara di depan publik tanpa hambatan, sedangkan pendekatan Socrates menekankan peraturan dan keterampilan berkomunikasi dengan keharusan mengembangkan dan menerapkan akal pikiran.
B.    Sejarah Perkembangan Filsafat komunikasi di Romawi
Ajaran Aristoteles berpengaruh di Romawi tanpa adanya penambahan. Pada tahun 100 SM, lahir buku Ad Herrenium yang mensistemasikan retorika gaya Yunani ke dalam cara-cara Romawi. Orang-orang Romawi hanya mengambil segi-segi praktisnya saja dari retorika Yunani. Orang-orang yang terkenal pada masa itu adalah Antonius, Crassus, Rufus, dan Hortensius. Hortensius mengembangkan retorika dengan mempelajari gerakan-gerakan dalam berpidato dan cara penyampaiannya.
Menurut Cicero, efek pidato akan baik bila orator adalah orang yang baik. Prinsip tersebut dikenal dengan istilah The good man speaks well. Menurut Cicero, sistemaktika retorika mencakup dua tujuan pokok, yaitu tujuan yang bersifat suasio (anjuran) dandissuaasio (penolakan) , sedangkan daua tahapan retorika ggayanya adalah tahapinvestio (pencarian bahan) dan tahap ordo collocatio (penyusunan pidato).
Sampai tahun 500 M, retorika di Yunani dan Romawi didominasi oleh negarawan, politisi, dan bangsawan. Pada tahun ini, retorika mulai mengalami kemunduran. Banyak kaisar yang tidak senang dengan orang-orang yang pandai bicara. Abad ini dikenal juga dengan abad kegelapan. Bagi agama Kristen, retorika dianggap kesenian kafir dan jahiliyah, sehingga dilarang untuk dipelajari.
Dalam hal ini mengapa disebut sebagai zaman kegelapan sebab dahulu belum banyak bukti-bukti sejarah yang cukup otentik yang menyelubungi penekanan bukti ke-filsafat-an yang mumpuni. Tetapi hal ini cukup terbantahkan seiring berjalannya waktu yang menunjukan beberapa bukti-bukti peninggalan sejarah yang perlahan kini mulai ditemui.
C.    Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi di Eropa
Perkembangan filsafat komunikasi di wilayah Eropa bermula dari Zeitungskunde sebagai bidang kajian di Universitas Bazeel, Swiss. Zeitungskunde diajarkan oleh Karl Bucher. Jasa Karl Bucher:
Pada tahun 1910 Max Weber di Konferensi Sosiologis memperkenalkan pendekatan sosiologis “Soziologie des Zeitungwesens”. Menurut Weber, persoalan modal sanga penting bagi kelembagaan suratkabar, bukan saja menyangkut kebijaksanaan redaksional. Publisistik merupakan perkembangan dari zeitungswissenchaft. Publisistik mengajarkan bahwa setiap pernyataan kepada umum menciptakan suatu hubungan rohaniah antar penerbit dengan khalayak. 
Terbukti pula dalam hal ini bahwa era keberadaan ilmu komunikasi dapat terlihat dengan mesin cetak temuan Johannes Guttenburg.
D.     Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi di Amerika
Pada era ini lahir ahli-ahli ilmu komunikasi yang namanya acap kali kita lihat dalam banyak litertur yang kita pergunakan dalam perkuliahan. Penekanan keilmuannya dapat dikatakan lebih condong kepada hal-hal kejurnalistikan.
Perkembangan filsafat komunikasi di Amerika Serikat dapat menelusuri sejarah pertumbuhan jurnalisme dan retorika di Amerika, antara lain terdapat empat fase:
1.Fase Benjamin Franklin
2. Fase Robert Lee
3. Fase Harold Lasswell
4. Fase Willbur Schramm
Robert Bierstedt memasukkan jurnalistik sebagai ilmu, yaitu ilmu terapan. Selain menyiarkan pemberitaan, radio dan televisi juga menyiarkan produk-produk siaran lainnya. Maka journalism berkembang menjadi mass communication.
Dalam perkembangan selanjutnya, mass communication dianggap tidak lagi tepat karena tidak merupakan proses komunikasi yang menyeluruh. Di Amerika Serikat muncul communication science atau kadang-kadang dinamakan juga communicology¸ yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala sosial sebagai akibat dari proses komunikasi massa, komunikasi kelompok, dan komunikasi anterpersona.
Kebutuhan orang-orang Amerika akan science of communication tampak sejak tahun 1940-an, pada waktu seorang sarjana Carl. I Hovland menampilkan definisinya mengenai ilmu komunikasi. Hovland mendefinisikan science of communication sebagai:“a systematic attemp to formulate in rigorous fashion the principles by which information is transmitted and opinions and attitudes are formed”.
Komunikasi muncul sebagai disiplin akademis tersendiri pada akhir 1940 an, yang ditandai dengan pembentukan Institut Penelitian Komunikasi (Institute of Communication Research) di Universitas Illinois pada tahun 1948 yang dipimpin oleh salah satu pakar dan perintis ilmu komunikasi terkemuka, Wilbur Schramm.
E.     Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi Perspektif Islam
Penekanan telaah dalam era filsafat komunikasi ini lebih pada sebuah dasar yang berwujud yaitu, Al- Qur’an dan Hadist. Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah telah berhasil membawa perubahan hidup manusia melalui firman-firman Allah saw yang ia sampaikan. Nabi Muhammad berhasil membawa perubahan kebidupan manusia pada saat itu kepada kehidupan yang penuh hukum, aturan, dan tatanan bermasyarakat. Retorikanya begitu menyentuh hati, kata-katanya lantang dan tegas, serta wajahnya mengekspresikan ketegasan. Nabi Muhammad saw tidak pernah mempelajari retorika dari Georgias, Aristoteles, atau Cicero. Ia mempelajari retorika melalui bimbingan wahyu melalui malaikat Jibril dan ia menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengajak manusia pada kebenaran.
F. Sejarah Perkembangan Filsafat Komunikasi di Asia
 Aktifitas komunikasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Asia lebih terlihat dalam perwujudan telaah ilmiah yaitu terdapat di Cina, hanya saja dalam penyebarannya lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropa cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.
G.    Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi di Indonesia
Berikut  sejumlah figur dalam ilmu komunikasi seperti Paul F. Lazarfeld, Wilbur Schramm, Harold Lasswell, Walter Lippmann, Bernard Berelson, Carl Hovland, Elihu Katz, Daniel Lerner, David K. Berlo, Shannon, Mc Comb, George G. Gebner, dan sebagainya.
Selain tokoh-tokoh komunikasi barat, di Indonesia terdapat sejumlah figur penting dalam bidang Ilmu Komunikasi seperti M. Alwi Dahlan, Astrid Susanto Sunario, Andi Muis, Jalaludin Rahmat, Ashadi Siregar, Anwar Arifin, Hafid Changara, Dedy N. Hidayat, Marwah Daud Ibrahim, Onong Efendi Uchayana, dan sebagainya. Karya-karya mereka telah memberi warna bagi eksistensi kajian ilmu komunikasi di Indonesia.
Di Indonesia, aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi dapat dilihat melalui kegiatan yang diadakan oleh kampus atau lembaga pemerintahan lainnya. Bahkan tampak pula kemunculan lembaga baru humas yaitu Public Relation Society of Indonesia. Tampaknya institusi semacam ini yang terlihat melakukan aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi. Selain itu, ada juga kajian komunikasi melalui lembaga LSM seperti Media Watch seperti ISAI, LSPP, LKM, dan sebagainya.
Di Indonesia, ilmu komunikasi yang kita kaji sekarang merupakan hasil dari suatu proses perkembangan yang panjang. Status ilmu komunikasi di Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82 Tahun 1982. Keppres itu yang kemudian membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di Indonesia, termasuk ilmu komunikasi. Sebelumnya dibeberapa universitas, terdapat beberapa nama yang berbeda, seperti di Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang menggunakan nama Publisistik, serta Universitas Indonesia yang merubah nama Publisistik menjadi Ilmu Komunikasi Massa.
Kajian terhadap ilmu komunikasi sendiri dimulai dengan nama Publisistik dengan dibukanya jurusan Publisistik pada Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada pada tahun 1950, Akademi Penerangan pada tahun 1956, Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta pada tahun 1953, dan pada Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 1959. Nama Ilmu Komunikasi Massa dan Ilmu Komunikasi sendiri baru muncul dalam berbagai diskusi dan seminar pada awal tahun 1970-an.
Beberapa nama tokoh yang berjasa dalam mengembangkan ilmu komunikasi antara lain, Drs Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro dan Prof. Dr. Mustopo. Kemudian ditambah lagi pakar komunikasi Astrid S. Susanti dan Alwi Dahlan (keduanya dari luar negeri, Astrid dari Jerman dan Alwi dari Amerika).
Daftar Pustaka
Effendy, O. U . 2003. Teori, Ilmu, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu: Telaah Sitematis Fungsional Komparatif.Yogyakarta: Rake Sarasin
Mulyana, D. 2004. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syam, Nina W. 2010. Filasafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media



0 komentar:

Posting Komentar